Cerita ini merupakan cerita nyata yang benar benar terjadi.
Disebuah gubuk hiduplah seorang ibu bersama tiga anaknya satu anak lelaki dan
dua anak perempuan wanita itu memang sengaja tinggal menyendiri di pondok itu
karena alasan tenang dan sunyi suami ibu arni (bukan nama sebenarnya) sedang
bekerja mencari nafkah di negeri tetangga karena memang di desa bu arni banyak
yang bekerja di negeri jiran tersebut. Dalam beberapa bulan pertama bua arni
tidak mengalami hal-hal yang aneh dan bu arni juga di kenal wanita pemberani
dan sudah terbiasa dengan hal-hal mistik.
Namun malam itu merupakan malam yang tidak terlupakan bagi
bu arni malam dimana anak-anaknya menangis ketakutan. Malam telah menyongsong
bu arni menutup pintu kemudian ia menyalakan pelita ia menyuruh anaknya untuk
menjaga adik-adiknya ia kemudian ia pergi ke dapur untuk memasak namun ketika
di dapur ia mendengar tangisan anak bungsunya ia bertanya kepada putranya
kenapa adiknya bisa menangis tapi putranya juga tidak tau karena ia tiba-tiba
menangis bu arni menjadi bingung tidak biasanya anaknya menangis seperti ini
dengan tanpa sebab. Kemudian ia mengendong anaknya sambil memasak anak nya
kemudian tertidur di punggungnya ketika memasak. Setelah makan malam tiba
mereka berempat berkumpul di meja makan mereka makan dengan sayur seadanya
terlihat sekali anak-anaknya melahap makanan dengan cepat nampaknya mereka
sudah sanggat kelaparan bu arni hanya bisa tersenyum. Setelah menjelang waktu
tidur bu arni menemani ketiga anaknya hingga terlelap sampai ia juga tidur.
Namun belum sempat terlelap bu arni mendengar orang melempar batu keatas atap
rumah, ia kira itu orang iseng kemudian ia keluar kamar dan menuju pintu depan
rumah ia kemudian membuka pintu terkejut sekali bu arni ketika di lihatnya di
depan rumah ternyata bukan manusia melainkan sesosok pocong dengan wajah hancur
dan di penuhi darah bu arni mundur dengan perlahan. Lama-kelamaan pocong itu
bergerak menyamping dan tiba-tiba ketiga anak bu arni menangis kencang dan berteriak
mencari ibunya. Bu arni dengan cepat datang ke kamar dan memeluk anak-anaknya.
“brakkk” jendela kamar terbuka terlihat banyak pocong mengelilingi rumah mereka
bu arni ketakutan ia hanya bisa memeluk anaknya dan memejamkan matanya dengan
kuat-kuat sambil menangis.
Namun kira-kira 2 menit setelah itu bu arni membuka matanya
ternyata pocong yang mengelilingi rumahnya sudah tidak ada, ia kemudian pelan
pelan menuju jendela dan menutup jendela dengan rasa takut, ia takut jika
pocong itu-tiba tiba muncul lagi seperti di depan pintu. Setelah anaknya tidur
bu arni kedepan rumah untuk menutup pintu yang belum sempat ia tutup. Malam itu
bu arni tak bisa tidur mengingat hal seram yang ia alami malam itu.
